MENONTON sepakbola merupakan salah hobi saya, baik langsung hadir di stadion, tetapi lebih senang menyaksikan di televisi untuk Liga Champion Eropa, Liga Inggris, dan Spanyol. Kamis 21 September 2017 pukul 16:00, saya mengajak keluarga menonton Prakualifikasi Pekan Olahraga Aceh (PraPORA) di Stadion Tunas Bangsa, Lhokseumawe, Aceh. 

Pertandingan hari kedua setelah sehari sebelumnya tuan rumah Lhokseumawe menang telak melawan Bener Meriah.  

![PraPORA_02.jpg](https://steemitimages.com/DQmbSCdEgURc3Ygmb12VBmDQroSJkEijS2NvyshgJgpBn6d/PraPORA_02.jpg)


Hari kedua mempertemukan Aceh Singkil dengan Nagan Raya, dua daerah dari wilayah barat Provinsi Aceh. Dua puluh menit pertama, Aceh Singkil memegang kendali pertandingan. Duduk bersama Ketua PPSI Lhokseumawe, Junaidi Yahya, sangat memperkirakan kalau konsistensi permainan bisa dipertahankan, Aceh Singkil akan menang. Junaidi Yahya yang akrab disapa Abang, sepakat. 

Itu telihat dari penguasaan bola dan skema serangan yang berada di bawah kendali Aceh Singkil. Sayangnya, ritme permainan mereka kendur setelah separuh babak pertama. Segera terlihat kelemahannya di barisan pertahanan Aceh Singkil, terutama bek kiri dan kanan, juga kiper. Gelandang dan barisan penyerang Singkil, lebih lumayan. Kalau penyerang Nagan tahu ini, mereka akan unggul.  

Analisa saya terbukti. Sekitar menit 25 (saya tidak melihat waktu pastinya), terjadilah gol pertama bagi Nagan yang berawal dari serangan sayap kanan. Bek kiri Singkil terlambat menghadang wing Nagan yang bebas menggiring bola ke bagian dalam. Celakanya, kiper Singkil hanya diam saja, tidak berusaha mempersempit ruang tembak dengan maju ke depan. Bahkan, bisa jadi dia akan menguasai bola jika cepat maju karena jarak bola dengan kaki penyerang Nagan lumayan jauh. Ketika ia maju, penyerang Nagan dengan cerdik menendang bola ke tiang jauh. Satu nol untuk Nagan.

Anak-anak Singkil seperti tersentak. Serangan demi serangan mereka lancarkan melalui pemain sayap kiri yang kecil tapi lincah. Anak-anak memanggilnya Elly Iboi, barangkali karena posturnya yang mungil serupa mantan pemain Timnas PSSI. Pemain bernomor tujuh itu mencetak dua gol, dan dua-duanya dari sayap kiri. 

Inilah kelemahan lain dari Singkil. Serangan mereka hanya fokus pada sayap kiri, tidak ada variasi sehingga Elly Iboi sampai kram dan sempat ditarik keluar. Dua gol itu tidak mampu membendung kekalahan Singkil 2 – 4 dari Nagan. Gol ketiga bagi Nagan, murni karena kiper Singkil membuat blunder. Tendangan jarak jauh gelandang Nagan, gagal ditangkap dengan sempurna hingga jatuh di kaki penyerang lawan yang membuahkan gol. Beberapa kali kiper itu membuat blunder, tetapi herannya pelatih Singkil belum juga mengganti dengan kiper lain. 

Demikian juga dengan pemain bernomor punggung 4 di bawah serta nomor 11 di barisan penyerang. Kepada Abang, saya katakan setelah habis babak pertama, kiper dan pemain nomor 4 serta 11 di Singkil harus diganti kalau Singkil mau menang. 

Sayangnya, itu baru dilakukan pada menjelang akhir babak kedua, di saat waktu sangat sempit untuk membalikkan keadaan.

Melihat aksi kiper pengganti Singkil yang lebih lincah dan _positioning_ bagus, Mukim Ham yang mantan pemain PSLS Lhokseumawe mengatakan seharusnya penggantian dilakukan lebih awal. Beberapa pengurus PSSI Lhokseumawe dan mantan pemain di barisan tribun, berpendapat sama.  

Sebaliknya, Nagan justru terlalu awal melakukan penggantian pemain. Saya katakan ke Abang (biasalah, pengamat selalu merasa lebih pintar dari pelatih), seharusnya jangan melakukan penggantian saat permainan baru berjalan 15 menit. Pemain tidak cedera dan mereka masih menyesuaikan diri dengan irama permainan. “Nanti kalau ada yang cedera, mereka kekurangan pemain karena batas penggantian pemain lima orang,” kata saya.

Dan itulah yang terjadi. Setidaknya ada enam pemain Nagan yang cedera. Mereka sempat bermain 10 pemain dan sayangnya, gagal dimanfaatkan Singkil untuk mengejar defisit dua gol. Kalaupun pemain terakhir yang cedera masih berada di lapangan karena tidak bisa digantikan lagi, tetapi ia sudah tidak memiliki peran apa pun. 

![PraPORA_01.jpg](https://steemitimages.com/DQmdFcTVDgvDhU2YBEYtQ6SZnGiHNB8nK8SwzkmMFu65s3w/PraPORA_01.jpg)


Seusai pertandingan, keluarga saya berfoto dengan Rada Firman, kiper pengganti Singkil yang tampil apik meski terlambat diturunkan. Saya katakan kepadanya, tetap semangat dan tunjukkan permainan terbaik agar dilirik pelatih. Seperti di Steemit juga, meski mendapat vote sedikit, tetapi tetap harus meningkatkan kualitas permainan, eh, maksudnya kualitas tulisan.

Jumat 22 September 2017, di tempat sama, tuan rumah Lhokseumawe akan berhadapan dengan Aceh Singkil. Kalau kalah lagi, Singkil bisa tersingkil, eh, maksudnya, tersingkir.[]

![Badge_@ayi.png](https://steemitimages.com/DQmbhnw9VrSmqrujGovvrkKV1GpLjxiaaa28hbZ1mgmBcMP/Badge_%40ayi.png)
![DQmNuF3L71zzxAyJB7Lk37yBqjBRo2uafTAudFDLzsoRV5L.gif](https://steemitimages.com/DQmNuF3L71zzxAyJB7Lk37yBqjBRo2uafTAudFDLzsoRV5L/DQmNuF3L71zzxAyJB7Lk37yBqjBRo2uafTAudFDLzsoRV5L.gif)