Ancaman kepunahan gajah sumatera (elephas maximus sumatranus) di Aceh harus menjadi perhatian banyak kalangan, tentu permasalahan ini butuh dukungan pemerintah daerah/kabkota, aparat penegak hukum dan peran masyarakat sebagai salah satu korban konflik gajah antara manusia.

Meningkatnya kematian gajah sumatera sepanjang tahun 2017 sebanyak 12 gajah tewas karena di racun, hal ini terjadi karena habitat yang mereka huni akan di gunakan untuk lahan industri ataupun pembukaan lahan perkebunan baru. Selain di racun dan perubahan fungsi hutan, maraknya perburuan dan perdagangan gading gajah menjadi faktor utama penurunan populasi gajah sumatera di provinsi paling barat pulau sumatera.

Organisasi Internasional untuk Konservasi Alam (IUCN) telah menetapkan gajah sumatera ke dalam daftar merah (berstatus kritis).
Upaya mengatasi kepunahan gajah harus terus dilakukan dan dikampanyekan bersama, baik dengan membuat CRU (Conservation Response Unit) di kawasan yang rentan mengalami konflik gajah antara manusia. Sebagian habitat gajah berada di hutan produksi, sedangkan hutan produksi terbatas dan sangat rentan untuk dialihfungsikan oleh pemerintah daerah dan kabkota, bahkan terkesan tidak memberikan perhatian pada konservasi gajah sebagai mamalia besar ini.

 ![image](https://img.esteem.ws/ccsx6mdydp.jpg)
*(Foto: Petugas konservasi CRU Sampoinit Kab. Aceh Jaya sedang melakukan patroli gajah liar)*

Oleh karena itu tindakan preventif harus segera dilakukan untuk menjaga kelestarian kehidupan hutan. Secara legal, kita telah memiliki banyak aturan untuk melindungi dan menyelamatkan gajah sumatera dan satwa langka lainnya. Bahkan MUI telah mengeluarkan fatwa tentang pelestarian satwa langka. Bahwa hewan dan ekosistem diciptakan Tuhan bukan untuk dirusak dan dihancurkan. Persoalan konservasi bukan hanya sekedar persoalan kehidupan bernegara, dosa dan pahala.

Mari Selamatkan Gajah Sumatera.