# <center>_Hana Meu'oh_</center>

### Selamat pagi steemian...
Terkadang ketika hendak melakukan dan atau bersikap terhadap sesuatu, kita sering kali mempertimbangkan banyak hal. Termasuk respon orang lain atas sikap dan atau kelakuan kita.  Akhirnya kita tidak jadi bersikan dan atau melakukan sesuatu itu.
![WhatsApp Image 2021-06-09 at 08.04.30.jpeg](https://cdn.steemitimages.com/DQmPrzbtqrjE9bm4DLfqZ53SMvPS7RnukzCxS69uLVf6ZyQ/WhatsApp%20Image%202021-06-09%20at%2008.04.30.jpeg)
<sup>_Salah satu poster di warung Jameuen Kupi yang saya abadikan beberapa waktu lalu_</sup>

Alasannya sangat sederhana dan klasik. "_Hana meu'oh_ (dalam istilah bahasa Aceh) atau tidak enak/ tidak enak hati. Padahal sikap tersebut sudah benar dan tepat untuk diambil. Namun karena pertimbangan-pertimbangan tersebut membuat kita abai dan tidak tegas bertindak.

Rasa _hana meu'oh_ juga melahirkan beragam konsekuensi tersendiri pada diri kita dan orang lain. Misalnya tekanan perasaan, membiarkan kesalahan orang lain terus berlanjut, adanya kesan membenarkan yang salah, atau sebaliknya. Juga beragam konsekuensi lainnya.

Seperti "hadieh maja" atau pepatah orang tua Aceh mengatakan: 
>Dumpue hana meu’oh:
Ta koh ôk hana meu’oh ngön gutè,
Ta koh bak U hana meu’oh ngön tupè,
Ta koh trieng hana meu’oh ngön ceurapè,
Ta peugöt WC hana meu’oh ngön asè.

Artinya:
Semua tidak enak:
Kita pangkas rambut tidak enak dengan kutu,
Kita potong pohon kelapa tidak enak dengan tupai,
Kita potong bambu tidak enak dengan cerpelai,
Kita buat WC tidak enak dengan anjing.


Salam pagi dan tetap semangat,
@farizalm