<center>https://senaraicinta.com/wp-content/uploads/2018/07/IMG20180707161457.jpg</center> <br/>"Aku lelakimu."

"Jangan pernah berubah, ya?"

Sepotong obrolan kita telah menyulap malam di tempatku menjadi lebih hangat setelah diguyur hujan bercampur badai. Kalau kamu di sampingku, kehangatan itu pasti akan berubah menjadi api.

Lagi-lagi aku jadi berandai-andai, andai kita dekat, andai waktu dan jarak bukan masalah, aku sangat ingin mendengar kau mengucapkannya langsung di telingaku. Seperti permintaanmu saat aku mengirimkan sepotong pesan bertuliskan i love you.

Aku selalu merasa, tak ada yang sepele dari setiap cerita-cerita yang kita pertukarkan. Dan malam ini, entah mengapa, cerita-cerita yang biasa itu seperti memiliki magnet dan energi yang sangat luar biasa. Terutama puncak dari obrolan kita ketika saat kamu mengatakan: aku lelakimu.

Hatiku mengembang saat membacanya. Ah, perempuan mana sih yang tak senang mendengar kekasihnya mengatakan itu. Perempuan mana sih yang tak merasa berarti mendapat kiriman kalimat seperti itu. Perempuan mana sih yang tak bahagia mendapatkan cinta tak biasa dari lelaki tak biasa sepertimu.

"Aku selalu terpesona padamu," kataku berterus terang.

Lagi-lagi aku berandai-andai, andai kita dekat dan saling beradu tatap, kamu pasti merasa tersanjung dan tersipu saat aku mengatakan itu. Hm, aku ingin melihat Pagi-ku yang teduh itu tersenyum malu-malu, atau justru tertawa lepas karena salah tingkah.

Buatku, rasa itu harus seterang benderang matahari pagi. Makanya tak sebutir pasir pun aku menyembunyikan apa yang kurasa darimu. Aku ingin selalu menjadi perempuan-mu.[]<br /><center><hr/><em>Posted from my blog with <a href='https://wordpress.org/plugins/steempress/'>SteemPress</a> : https://senaraicinta.com/2018/07/09/aku-lelakimu/</em><hr/></center>