Sejak hari ini, Senin, 7 Juni 2021, anak tertua saya Safia mulai ujian di sekolah. Tapi karena masih dalam suasana pandemi *coronavirus disease 2019* (Covid-19). Terjadi perubahan mekanisme ujian. Semula ujian direncanakan dilaksanakan di sekolah, tapi kini ujian dilakukan di rumah.
Sehari sebelumnya, wali kelas anak saya memberitahukan di WA group sekolah, bahwa karena pemerintah Kota Banda Aceh kembali memberlakukan pembelajaran secara diaring, maka ujian digelar di rumah masing-masing, tapi para orang tua/wali murid setiap pagi diharuskan ke sekolah untuk mengambil soal ujian, tentu dengan embel-embel, dilarang membawa anak (murid) ke sekolah, serta mematuhi protokol kesehatan (Prokes).
Pagi-pagi betul Safia sudah minta saya untuk segera ke sekolah, padahal jadwal pembagian soal ujian baru pukul 08.00 WIB nantinya. Tapi, ia sudah tak sabar. Pasalnya, kemarin seharian jatah nonton TV dipangkas Uminya karena harus belajar tambahan untuk ujian. Hari ini ia ingin cepat-cepat menyelesaikan ujian, agar jadwal nontonnya bisa kembali normal.
Pukul 07.45 WIB berangkatlah saya ke sekolah, jarak rumah dengan sekolah hanya sekitar 5 menit berkendaraan. Tapi, sampai di sekolah saya lihat masih sepi, hanya beberapa guru yang tampak di pintu ruang guru. Sebelum masuk, saya tanya pada petugas satuan pengamanan (Satpam) apakah pembagian soal sudah dilakukan.
Dari jawaban Satpam itu saya baru tahu bahwa pembagian soal sudah beberapa menit lalu dimulai, tapi di lakukan dalam ruangan terpisah, agar tidak terjadi kerumunan. Setelah menyebut nama kelas anak saya, petugas Satpam mengarahkan saya ke suah ruangan.
Dan benar saja, di sana sudah ada beberapa ibu-ibu yang antri untuk mendapatkan soal ujian. Saya satu-satunya pria dalam ruangan itu. Dalam hati saya berguman, βKemana ni bapak-bapak?β Tanpa pikir panjang saya ambil tempat duduk dekat sudut belakang.
Melihat suasana di kelas itu, saya tersenyum sendiri. Para ibu-ibu yang semua memakai masker itu, duduk tertib dan rapi dipisahkan satu meja untuk menjaga jarak. Ini seakan mengulang masa lalu, ketika masa-masa sekolah dasar. Wali kelas memanggil satu-satu nama murid, dan orang tua/wali yang sudah bangun mengambil soal ujian.
![soal ujian.jpg](https://cdn.steemitimages.com/DQmP4CeeG9s7oN6hTvLAgQFa3vuoPaBNC8a5d2wwJsdDo8q/soal%20ujian.jpg)
*Wali murid mengambil soal ujian untuk anaknya [foto; dokumen pribadi]*
Saya mencoba untuk mengabadikan suasana tak biasa itu dengan telepon selular, tapi wali kelas anak saya melarang, katanya, takut nanti fotonya tersebar kemana-mana. Saya pun memakluminya. Hanya satu foto pembagian soal yang diperbolehkan, dan saya sangat menghargai itu.
Ibu-ibu masih saya antri mengambil soal ujian untuk anaknya, setelah itu mereka keluar. Tak lama kemudian ada lagi yang masuk, seorang pria berpakaian dinas pegawai negeri sipil. βSudah ada kawan,β kata saya membatin. Jadi sudah ada dua pria di kelas itu.
Beberapa menit kemudian giliran saya ke depan, saya sebut nama anak saya, lalu nama diconteng di daftar absen, dan lembaran-lembaran soal ujian itu pun kemudian berpindah ke tangan saya. Ada tiga mata pelajaran saya lihat yang diuji hari ini, yakni Matematika, Bahasa Inggris dan Aqidah Ahklak.
Setelah mendapatkan soal ujian itu, saya pun pulang. Sampai di rumah, Safia sudah menunggu, tak sabar untuk mengerjakan soal-soal itu. Saya serahkan kepadanya soal tiga mata pelajaran tersebut, lengkap dengan tiga lembar kertas tempat mengisi setiap jawaban.
Begitulah belajar dan ujian di tengah pandemi, anak yang ikut ujian, ayahnya yang harus antri mengambil soal. Semoga pandemi Covid-19 ini cepat berlalu, agar segalanya kembali berjalan normal.
![ujian.jpg](https://cdn.steemitimages.com/DQmT5UpHxjp3mEgXiydYDyFd4vVFGMVnRYeccG9C39X45aV/ujian.jpg)
*Safia serius mengerjakan soal ujian [foto: dokumen pribadi]*