<p><div class="text-justify">Hari  ini  saya  bangun  agak  kesiangan,  tidak  seperti  biasanya,  karena   hari   ini   saya   mendapat  jatah  libur   dari  pekerjaan.   Sebelumnya  terlebih  dulu   saya   bangun  untuk  mengerjakan  shalat  subuh,  yakni  sekitar  jam 5.54.   Namun   setelah   itu   saya  kembali   merapat   ke kasur   dan  tidur   lagi. 

Karena  hari  ini  saya   libur,  saya  puas-puasin   tidurnya  hingga  mendekati  siang,  saya  baru  bangun     tepatnya  pada  pukul 11.36.   Lalu,   setelah  itu   saya   pergi  ke sumur   untuk  mandi.    Usai   mandi,  saya  mengendarai  motor  menuju  warung biasa untuk  bersantai   sambil  ngopi  di sana.  

Ketika   tiba    di warung    kopi,  saya   lihat   anak-anak   tampak  antusias   membeli  pop  ice.<hr>
![IMG20200917124142.jpg](https://cdn.steemitimages.com/DQmSXDcECNitP3rq7LaRG8Q98qxn6uVVZVHHPu1KPAgRcFG/IMG20200917124142.jpg)<hr>
*Anak-anak  memburu  minuman  pop ice*


Di warung  kopi  ini   tidak   hanya  menjual   kopi,  atau   beragam  roti   yang   dipasok  dari  pedagang  keliling  kue,  tapi   juga   menjual  mie kocok,   dan  juga   minuman  pop  ice.   Setelah  memarkir   motor  saya  dibawah   pohon  mangga,  lalu   saya  masuk  ke dalam   warung,  dan di sana   banyak  teman  saya  yang   tiba   lebih   dulu.<hr>
![IMG20200920124931.jpg](https://cdn.steemitimages.com/DQmekh7odrMYjJZAEHeRXKb2DJhyaDh4MHa1mSfysgQR6f3/IMG20200920124931.jpg)<hr>
*Aktivitas  pengunjung  di area  dalam warung  kopi*


Warung    kopi  ini   tak  pernah  sepi,  selalu  ramai   oleh  warga   yang   datang   untuk    bermain game.  Tapi  sayangnya   disini     tak  ada   obrolan  diskusi  tatap  muka  dengan  sahabat  yang   duduk  di samping,  termasuk  saya.   

Saat  sedang   serunya   ber Steemit  ria,  tiba-tiba  handphone  saya  berdering.  Lalu   segera   saya   terima  panggilan  tersebut   sebelum   terputus.    Panggilan  berasal  dari  adik  saya  di rumah.  Dalam    obrolan  itu   ia   me minta  saya   untuk  membeli  bumbu  ayam   di pasar  Bungkaih,  untuk  memasak  ayam.<hr>
![IMG20200917132311.jpg](https://cdn.steemitimages.com/DQmQzKX4217ZReWqx7keGgjRgKn5vzBmvRhZJTgCuPMBe7E/IMG20200917132311.jpg)<hr>
*Daging  ayam  yang  masih 
 mentah*


Lalu  saya   segera   bergegas   pergi  ke  pasar  Bungkaih   dengan  mengendarai  motor   dengan  laju   ngebut.   Sekitar 2 menit  menempuh  jarak,   saya  sampai  di pasar  Bungkaih.   Setelah   membeli  bumbu,   saya   langsung  pulang.<hr>
![IMG20200917132204.jpg](https://cdn.steemitimages.com/DQmagyy9iXt8Pe1EwnH3kCSgaARiJYJLkkWmbKJSFKVuBRt/IMG20200917132204.jpg)<hr>
*Bumbu  olahan  daging  ayam  yang  saya  beli  di pasar  Bungkaih*


Pukul 13.20,   saya  mengerjakan  shalat   dzuhur.   Selesai  melaksanakan  shalat,  saya   merebahkan  diri   di kasur,  karena    merasa  lelah  dan  mengantuk.    Hari  ini  saya   bisa   beristirahat   dengan  full,    lantaran   bebas   dari  aktivitas    bekerja.  Saya   baru   terjaga  saat   adzan  ashar   bergema   di dayah  Ie Rheet,  yang   berada  sangat  dekat   dengan   rumah.    Kemudian  saya   bergegas   bangun,  dan  pergi  ke Musholla   yang   berada   dalam  lingkup   dayah  Ie Rheet.<hr>
![IMG20200916171335.jpg](https://cdn.steemitimages.com/DQmbS7oFurZysuLTQSDV76Yh4WXYDpLvkVh2EeAX6HumunT/IMG20200916171335.jpg)<hr>
*Musholla  tempat  saya  shalat  ashar, 
di  dayah Ie  Rheet*


Saat  saya  tiba   di Musholla,   saya   sedikit  telat,   para  jama'ah   sudah  lebih   dulu   mengerjakan  shalat.  Bahkan   saya   ketinggalan  raka'at   pertama.   Saya    memang    jarang   shalat   ashar   disini,    meski  posisinya    dekat   dengan  rumah.   Setelah   menunaikan   shalat    ashar   berjama'ah,   saya   kembali   ke rumah,   dan   mengganti  pakaian   shalat  saya,    dan   mengenakan   baju   yang   biasa  saat    santai,  ataupun  ketika    beraktivitas.

Matahari  terus    bergerak,   dan  saat   ini   waktu    menunjukkan     pukul 17.30.  Sore   ini   saya    melihat   perkembangan   padi  di sawah,   saya   penasaran   dengan   pertumbuhan   padi  saya   setelah   di semprot   oleh   kawan saya    Helman,    beberapa  waktu   lalu.    Namun,  saat  perjalanan,     tiba-tiba  saya  ingin  buang  air   kecil.  Kemudian  saya   mampir  ke Mesjid   Bungkaih,  dan   buru-buru  ke toilet   karena  sudah  tidak  tahan  lagi.

Setelah  membuang   air  kecil,   saya  melanjutkan  kembali   perjalanan   ke sawah.   Tapi  saat   saya   mencapai  gerbang  pintu  keluar   Mesjid,   Jarjani   yang   tengah   duduk  di teras   Mesjid   memanggil   dengan   teriakan

> Di (panggilan  akrab  saya)

Begitulah   Jarjani   memanggil  dengan  nada  keras.   Saya  yang   saat   itu  masih  dalam  posisi    di atas  motor,   tidak  langsung  menghampirinya.    Dan   membalas  panggilannya  dengan  suara   sedikit   berteriak   keras

> Pue,   jar ?


Kemudian  Jarjani   kembali   berteriak  dan  mengatakan

> keunoe   kajak   ilee,   kuneuk  tanyeng  masalah  pra kerja

Owhh,   ternyata  dia masih   sibuk  dengan urusan  pra  kerja.  Kemarin  dia  bercerita   bahwa  sudah  lulus,  dan  saat  ini  selesai  ikut   pelatihan.   Lalu  saya  datang   menghampirinya,   untuk   tau  lebih  jelas.  Di teras   Mesjid   ini  saya  duduk  mendengar  curhatnya,  sambil   melepaskan   pandangan    ke depan   halaman  Mesjid,  dan   melihat   pemandangan  langka  sore   itu.<hr>
![IMG_20200921_093232.jpg](https://cdn.steemitimages.com/DQmZgX36d2Sa5kiX1c5ddeYpUtjypNkTmPiRtED75pN7n4R/IMG_20200921_093232.jpg)<hr>
*Pengunjung  Mesjid   melintas di depan  saya  dengan  sepeda  ontel*


Saat   melihat    seorang   ibu   membonceng   sepeda   ontel  di depan   saya  sore   itu,   saya  tidak  lagi  fokus  mendengar  cerita   Jarjani.   Entah  apa   yang  ia   ceritakan  saat   itu,   saya  tidak  ingat.  Alhasil  sore  itu   saya   gagal  sampai  ke sawah,   dan   saya   pun  tidak  tau  apa   yang   Jarjani  tumpahkan   ke saya   dalam  curhatnya   kala  itu.  

Hari  semakin  gelap,   saya  pergi  dari  Mesjid,   dan  menuja   ke jambo   gorengan  Teungku  Is,   yang   berada  di samping  Mesjid,   dekat   si Lilis   yang  jual   rujak.   Saya  ingin   membeli   gorengan    untuk   ibu  di rumah,  sudah  menjadi   kebiasaan  saya   tiap  sore   membawa   pulang   camilan.<hr>
![IMG20200920182001.jpg](https://cdn.steemitimages.com/DQmcDzhfTrhffa9uzdJSdBgG7rbL3TRcvqViTfD5Sj6LZjY/IMG20200920182001.jpg)<hr>
*Membeli gorengan di warung  Teungku  Is*


Saya  membeli   gorengan  hanya  Rp 10.000   saja,  itu  sudah  porsi  pas.   Jika  saya  hitung  ke harga  steem,  yakni   sekitar 3,01   biji  steem lah   kurang   lebih.   Lalu  setelah   itu   saya   pulang  dengan  memacu   motor   dalam  laju  kecepatan  tajam,   karena   adzan  sudah  berkumandang  di Mesjid   Nurul  Falah,   Bungkaih.

Aktivitas   saya   berlanjut   hingga  malam.    Setelah   shalat  Magrib,  saya  berjalan  ke dapur   untuk     makan.   Kemiudian   selesai  makan,   saya   kembali  masuk  kamar   dan  menunggu   adzan  isya.   Sambil   menunggu  suara  adzan,   saya    memutar   musik di ponsel,  lengkap   dengan   handsed   di telinga,    lalu  tiduran  di kasur.   

Tak  terasa   baru  dua   lagu  yang   saya   dengar,   adzan   telah  bergema   di Menasah.   Lantas,   saya   segera   bersiap-siap   untuk   shalat,  dengan   memakai     seragam  khusus   shalat.   

Pukul 9  malam,   saya   keluar,  dan   pergi  ke warung   kopi   biasa.   Biasanya   di sana   saya  memesan    Nescafe   ukuran cangkir  besar.   Namun  malam  ini  saya   ingin  menikmati   Creamy  Latte,    ukuran   cangkir   mini.   Dan  sesaat   kemudian   Mauri    pemilik   warung   kopi,    segera   menyajikan  minuman  pesanan  daya  di atas   meja   di depan   saya.<hr>
![IMG20200920210509.jpg](https://cdn.steemitimages.com/DQmatMkdyo7zBvg7anP7op6viHCbK27mEUp1khqzpEFi9SK/IMG20200920210509.jpg)<hr>
*Bersantai  di warung  kopi  Mauri*


Malam  ini   cuaca   sangat  dingin,   angin   membelai   hingga   menusuk  tulang.    Uhhh....   Suasana  seperti   ini   pas  sekali   menikmati   minuma   panas  ala-ala   krimi 😋

Entah   kenapa   kalau  sudah   berada   di warung   kopi,   perasaan  jadi  lebih  bersemangat.   Tak peduli  kondisi    dari   warung  kopi  itu  mewah,   atau   bangunannya   sederhana.  Tapi  suasana  di warung   kopi    selalu  sukses   membuat   hati  senang.   Meski   semua  sibuk  dengan  gadget   di tangan    masing-masing,  tapi  kami   juga    berbincang  dengan  teman di samping,   walau  tak  saling  tatap  muka.   

Warung  kopi  ini  memang  sederhana,   berbeda   sekali   dengan   tempat  nongkrong   teman  saya  yang  biasa  saya  lihat   di unggahan    mereka  di Steemit,   yang   bangunannya  **"waahhh"**,  super  mewah,   dan  aduhaiii.

Saya   sendiri  jarang   ngopi    di kedai  kopi   yang   menyediakan   fasilitas   super   waahhh,  dan   mewah,  karena   habitat  saya  bukan  di situ.    

Saya  hanya  anak  kampung,    dan  gaya   hidup  saya   juga   ala  tradisional.   Jadi,   ma'af   saja   kalau  gambar  yang   saya   tampilkan   tidak  menyenangkan   saat  di lihat.   Misalnya  seperti  gambar   warung  kopi  tempat   saya  bersantai  dengan  sahabat  saya,   yang   di bangun   hanya  dari   triplek,   dan  beralaskan  lantai  semen  kasar,  dan  juga   kursi  ala kadarnya.    Mungkin    ada  sebagian   Steemians   yang  merusak   pandangan   ketika   melihat    gambar   yang  saya   bagikan,   apalagi  semua   gambar   yang  saya   tampilkan    dengan   kualitas  rendah,  karena   saya  menggunakan   hp  murahan.    

Puas   bersantai   dan  menikmati   minuman  di warung   tradisional  Mauri,    saya   beranjak  pulang   setelah   membayar   minuman,  dan  beberapa   kue   yang    saya   makan.

Sekitar  pukul 11,   saya  tiba  di rumah.   Malam  ini  saya  pulang  lebih  cepat,  dibanding   malam   sebelumnya.   Lalu  saya   dorong   motor  ke dalam,   dan   setelah  itu  saya  masuk  kamar  dan  tidur.

Itulah  aktivitas   yang  saya  lakukan,  terima  kasih  sudah  mampir   dan  membaca.


Saya  juga  ingin   mengucapkan  terima   kasih   kepada   leader  @anroja,   dan    juga  mbak  yang  sering   namanya  salah  saya  sebutkan,   yakni   ibu  @ernaerningsih,  ma'af,  sekarang  sudah  benarkan  penyebutan  namanya 😃

Dan  kepada   semua  tim  yang   terlibat  aktif   dalam  komunitas  kebanggaan   kita.  Sukses    untuk  kita  semua,   dan  salam   kompak   selalu.

Sampai  jumpa  lagi.</div>

**By  @midiagam**