![image](https://img.esteem.ws/leufdvbgxw.jpg)

Ada banyak orang berfikir ini adalah era baru, bahkan banyak orang saking bahagianya ketika Presiden Jokowi datang untuk meresmikan proses pembangunan tol B. Aceh - Sigli kemarin, mungkin mereka mengira semua kita akan dapat menikmati tol. Padahal tol hanyalah sebuah sarana yang hanya dapat dinikmati oleh orang-orang kaya saja. Bukan kita orang-orang miskin. Jadi tidak pantas bahagia. 

Bagi saya, dan itu adalah realitas nyata, tol dibangun hanya untuk orang-orang kaya, tidak mungkin orang miskin dapat menikmati tol. Tol diperuntukkan untuk orang kaya. Anda tidak percaya? Mari kita simak. Saat pembukaan peresmian tol trans Jawa menjelang lebaran kemarin, hanya orang-orang yang memiliki mobil yang dapat menikmati tol. 

Maka wajar jika ketika peresmian tol tersebut mereka yang punya mobil berteriak, "kali ini dapat mudik dengan nyaman dan aman". Yang memiliki mobil siapa, tentu orang kaya. Pernah miskin jangankan untuk mobil untuk membeli motor bekas saja terkadang begitu sulit. 

Tidak ada dalam sejarah, tol boleh dilewati sepeda motor, bajai, apalagi berharap anda dapat melaluinya menggunakan becak. Itu cuma ngimpi. Jadi pembangunan tol sebenarnya jika dikaji lebih jauh hanya lah untuk makmurkan orang kaya saja. Tidak untuk urusan ekonomi orang miskin. 

Selain itu, untuk pembangunan jalan tol tentu tidak memakan biaya yang sedikit. Untuk panjang puluhan kilometer saja, butuh anggaran triliunan, apalagi jarak antara Banda Aceh dengan Sigli, tentu pemerintah harus mengalokasikan anggaran ratusan triliun untuk menyelesaikan proyek raksasa itu. 

Lantas dari mana pemerintah mendapatkan anggaran sebanyak itu, apalagi kita tahu, kerja Jokowi selama menjabat sebagai presiden hanya lah prioritas pembangunan tol, tidak kepada pemberdayaan masyarakatnya. Ada ribuan tol yang telah diresmikan oleh pemerintah di 2018 ini. Tentu telah banyak anggaran yang dihabiskan untuk itu.

Akhirnya pemerintah mengundang investor untuk bekerja sama menyelesaikan setiap proyek raksasa itu. Karena adanya keterlibatan sektor swasta dalam proses pembangunan sehingga membuat pemerintah harus mengambil biaya retribusi yang relatif mahal. 

Untuk dapat menutupi biaya yang dikeluarkan oleh sektor swasta tersebut. Sektor swasta pun, tidak mungkin mengeluarkan biaya jika tidak mendapatkan keuntungan, ke untungan itu dari mana, dari hasil restribusi yang di bayar dari jasa pemakaian tol. Sekali lagi hanya orang kaya yang dapat menikmati tol. 


Malah ironisnya, di beberapa lokasi pembauran tol, pemerintah tidak menghiraukan jika ada warga miskin yang terpaksa digusur dari tempat tinggal mereka, seperti yang terjadi di Kendal. Mereka terpaksa tidur dan bermalam didepan kantor DPRD Kendal karena tidak mau menerima uang ganti dari pemerintah. 

Bagaimana mungkin mereka mau, toh harga tanah dan rumah mereka yang diporakporandakan dihargai dengan murah, kata salah satu warga Kendal kepada Kompas.com. Saya pun mungkin akan bersikap demikian juga apabila rumah dan tanah saya dihargai dengan murah untuk pembangunan tol pemerintah. Karena kita sadar bahwa apa yang di bangun itu bukanlah merupakan sebuah nikmat yang nantinya dapat kita rasakan, melainkan para konglomerat dan orang-orang kaya yang memiliki mobil atau kendaraan roda empat. 


 ![image](https://img.esteem.ws/3a82v2phnl.jpg)