BERIBADAH PAKAI AKAL SESAT TETAPI BERIBADAH DENGAN MENGIKUTI WAHYU JALAN LURUS DAN BENAR by waledblangjruen

View this thread on steempeak.com
· @waledblangjruen ·
BERIBADAH PAKAI AKAL SESAT TETAPI BERIBADAH DENGAN MENGIKUTI WAHYU JALAN LURUS DAN BENAR
![Snapshot_20181107_15.JPG](https://cdn.steemitimages.com/DQmcBSUJCxcUj1zHr67D7mNaVGBp5xh4wXXx2K13FcrGwac/Snapshot_20181107_15.JPG)

DI TULIS ; oleh waled blang jruen 
Mahasiswa pasca sarjana (IAIN) Lokseumawe
Alumni Dayah Malikusaleh Panton labu

Agama Islam dibangun di atas wahyu dan dalil yang shahih, bukan akal dan pendapat pendapat yang lahir di benak pikiran manusia 

Maka jika datang suatu perintah ataupun larangan dari Kitabullah atau sunnah (hadits) Rasul-Nya Shallallahu’alaihi Wasallam, wajib bagi menerimanya dan bersegera untuk menerapkannya dengan melaksanakan perintah atau menjauhi larangan amal makruf nahi mungkar

2. Wajib bagi seorang Muslim untuk Menuntut ilmu Agama { syar’i} dan memastikannya artinya berguru kepada Ulama sebelum mengamalkannya di dalam semua urusan hidup nyaKarena Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
مَنْ عَمِلَ عَمَلاً لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ 
Artinya:
“Barangsiapa melakukan suatu amalan yang tidak ada perkara (tuntunan-pen) kami padanya maka tertolak”

Asy-Syatibi, Al-Maliki, Al-Lakhmi, dan Al-Gharnati.berkata, “Setiap orang yang mencari sesuatu yang tidak disyariatkan di dalam beban-beban syariat (ibadah-pen), berarti dia telah menyelisihi syariat. Dan setiap orang yang menyelisihi syariat, amalan dia di dalam penyelisihan itu adalah batil (sia-sia). Maka barangsiapa mencari sesuatu yang tidak disyariatkan di dalam beban-beban syariat, berarti amalannya juga batil.

3.Ittiba’: Maksud dari ittiba’ kepada Rasul Shallallahu’alaihi Wasallam adalah menamalkan segala ajaran yang beliau bawa baik yang ada di dalam Al-Qur’an sebagai wahyu dari Allah Ta’ala kepada beliau, maupun berupa perintah maupun larangan, dan juga mengamalkan sunnah yang suci. Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda,
أَلاَ إِنِّي أُوتِيتُ الْكِتَابَ وَمِثْلَهُ مَعَهُ أَلاَ إِنِّي أُوتِيتُ الْقُرْآنَ وَمِثْلَهُ مَعَهُ

Artinya;
“Ketahuilah, sesungguhnya aku diberi al-Kitab bersama dengan yang semisalnya. Ketahuilah, sesungguhnya aku diberi al-Kitab bersama dengan yang semisalnya.”

Dapat kita fahami dari ayat ayat dan sunnah nya Mentaati Rasul adalah dengan mengikuti al-Qur'an dan as-Sunnah. wajib bagi seluruh hamba untuk berpegang dan mengikuti apa yang dibawa oleh Rasul Shallallahu’alaihi Wasallam, tidak halal menyelisihinya. Dan sesungguhnya pernyataan Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam sama dengan pernyataan Allah Ta’ala di dalam memberikan hukum. Maka tidak ada keringanan ataupun alasan bagi seorangpun untuk meninggalkannya. Dan tidak boleh mendahulukan Allah Ta’ala berfirman (Qs. Muhammad: 33);
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَلَا تُبْطِلُوا أَعْمَالَكُمْ
“Hai orang-orang yang beriman, taatlah kepada Allah dan taatlah kepada rasul dan janganlah kamu merusakkan (pahala) amal-amalmu” 

4. Tuntut ilmu kewajiban Atas Muslim;
Sebagai seorang muslim tentu setiap kali mendirikan shalat lima waktu, atau shalat-shalat yang lainnya. Dia selalu meminta ditunjukan shirathul mustaqim. Yaitu jalan lurus yang telah lama dilalui oleh orang-orang yang telah diberi nikmat, dan dijauhkan dari jalan orang-orang maghdhubi `alaihim (orang-orang yang Engkau murkai), juga jalan orang-orang dhallin (orang-orang yang sesat). Dalam tafsiran, dua kelompok diatas disebutkan bahwa orang-orang mahgdhubi ‘alaihim adalah Yahudi, sedangkan orang dhaallin adalah Nasharani.

Berkata Ibnu Katsir rahimahullah,”Dan perbedaan antara dua jalan -yaitu agar dijauhi jalan keduanya-, karena jalan orang yang beriman menggabungkan antara ilmu dan amal. Adalah orang Yahudi kehilangan amal, sedangkan orang Nashrani kehilangan ilmu. Oleh karenanya, orang Yahudi memperoleh kemurkaan dan orang Nashrani memperoleh kesesatan. Barangsiapa mengetahui, kemudian tidak mengamalkannya, layak mendapat kemurkaan. Berbeda dengan orang yang tidak mengetahui. Orang-orang Nashrani, ketika mempunyai maksud tertentu, tetapi mereka tidak memperoleh jalannya, karena mereka tidak masuk sesuai dengan pintunya. Yaitu mengikuti kebenaran. Maka, jatuhlah mereka ke dalam kesesatan.” Nabi sallahu alaihi wassalam bersabda:
مَنْ عَمِلَ عَمَلاً لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ 
“Barangsiapa melakukan suatu amalan yang tidak ada perkara (tuntunan-pen) kami padanya maka tertolak.”

Pengamalan tanpa ilmu: Banyak orang yang menyangka, bahwa banyak amal dan ibadah sudah mendapat jaminan untuk hari akhiratnya, sekurang-kurangnya merupakan tanda kebenaran dan bukti keshalihan. Begitulah sering kita dengar, dan itulah  yang terjadi di kalangan kaum muslimin. Kalaulah kita mencoba untuk mengingat surat yang telah sering kita dengar ini, maka semua sangkaan dan dugaan kita selama ini, akan bisa kita ubah untuk hari besoknya. Dapat dibayangkan, seseorang yang mempunyai amalan sebanyak pepasiran di pantai, akan tetapi setelah ditimbang, dia bagaikan debu yang beterbangan, Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,(Al Furqan:23):
وَقَدِمْنَا إِلَى مَا عَمِلُوا مِنْ عَمَلٍ فَجَعَلْنَاهُ هَبَاءً مَنْثُورًا
"Dan Kami hadapi segala amal yang mereka kerjakan, lalu Kami jadikan amal itu (bagaikan) debu yang berterbangan". 


5. Segala sesuatu yang dibutuhkan oleh manusia di dalam pokok-pokok dan cabang-cabang agama, di dalam urusan dunia dan akhirat, yang berupa ibadah dan muamalah, dalam keadaan damai ataupun perang, dalam masalah politik atau ekonomi, dan seterusnya, maka syariat telah menjelaskan dan menerangkannya
Allah Ta’ala berfirman (QS. An-Nahl: 89):
وَنَزَّلْنَا عَلَيْكَ الْكِتَابَ تِبْيَانًا لِكُلِّ شَيْءٍ وَهُدًى وَرَحْمَةً وَبُشْرَى لِلْمُسْلِمِينَ
“Dan telah Kami turunkan suatu kitab kepadamu sebagai penjelas terhadap segala sesuatu, sebagai petunjuk, rahmat dan kabar gembira bagi kaum muslimin.” 

Allah Ta’ala berfirman, (QS. Al-Maidah: 3);
الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ اْلإِسْلاَمَ دِينًا
“Pada hari ini telah Aku sempurnakan bagimu agamamu dan telah Aku cukupkan nikmat-Ku atasmu dan telah Aku ridhai Islam sebagai agama.”

Seorang dari kaum musyrikin berkata kepada Salman Al-Farisi, “Apakah Nabimu mengajarkan segala sesuatu kepada kalian sampai pun pada masalah buang air?” Maka Salman menjawab, “Benar, beliau telah melarang kami dari menghadap kiblat ketika buang air besar maupun kecil … – sampai akhir hadit

Wallu a'lam Bissawab
👍  , ,
properties (23)
post_id69,061,281
authorwaledblangjruen
permlinkberibadah-pakai-akal-sesat-tetapi-beribadah-dengan-mengikuti-wahyu-jalan-lurus-dan-benar
categorylife
json_metadata{"tags":["life","education","malaysia","aceh"],"image":["https:\/\/cdn.steemitimages.com\/DQmcBSUJCxcUj1zHr67D7mNaVGBp5xh4wXXx2K13FcrGwac\/Snapshot_20181107_15.JPG"],"app":"steemit\/0.1","format":"markdown"}
created2019-01-20 09:11:30
last_update2019-01-20 09:11:30
depth0
children0
net_rshares583,689,734
last_payout2019-01-27 09:11:30
cashout_time1969-12-31 23:59:59
total_payout_value0.000 SBD
curator_payout_value0.000 SBD
pending_payout_value0.000 SBD
promoted0.000 SBD
body_length6,302
author_reputation42,115,740,826
root_title"BERIBADAH PAKAI AKAL SESAT TETAPI BERIBADAH DENGAN MENGIKUTI WAHYU JALAN LURUS DAN BENAR"
beneficiaries[]
max_accepted_payout1,000,000.000 SBD
percent_steem_dollars10,000
author_curate_reward""
vote details (3)