Air Mata Ayah Ditiang Gantungan (Part 6 Tamat) by ilyasismail

View this thread on steempeak.com
· @ilyasismail · (edited)
$2.45
Air Mata Ayah Ditiang Gantungan (Part 6 Tamat)
<html>
<p><img src="https://steemitimages.com/DQmee82pABwFJBdUCv7rowm51stwQi3Gw7uJ9CYMZL6t8nE/Air%20Mata%20Ayah%20ditiang%20Gantungan%20Episode%206.jpg" width="709" height="490"/></p>
<p><strong>Air Mata Ayah Ditiang Gantungan (Part 6 Tamat).</strong></p>
<p><em>Oleh : @ilyasismail</em></p>
<p><strong>Isak</strong> tangis Ratna Juwita dan ibunda Jamaliah mengiringi penyambutan jenazah Maimunah ketika di rumahnya. Usai difardhukifayah, Maimunah disemanyamkan di pemakaman umum kampung halamannya. Berita meninggalnya Maimunah juga telah disampaikan Wak Amat kepada Dahlan di negeri jiran Malaysia. Dahlan, hari itu juga mengabarkan kabar duka itu kepada Zahara dan Hasbi.</p>
<p>Hasbi tersentak dengan duka yang sangat mendalam ketika mendengar istrinya Maimunah telah berpulang kehadirat Allah yang kuasa. Hasbi tak mampu berucap apapun hanya air mata bercucuran membasahi pipinya, ketika mendengar kabar yang disampaikan Dahlan dan Zahara kepadanya. Hasbi hanya mampu berkata,“Bagaimana anakku Ratna Juwita?, ketika ibunya tidak ada lagi dan sekejap lagi aku juga akan mengikuti jejak ibunya,”ratap Hasbi. “Sabar bang ini semua cobaan dari yang kuasa. Kita hanya mampu berdoa,”cakap Zahara.</p>
<p>Duka yang mendalam itupun terus berlalu. Hasbi dibalik jeruji besi, tinggal menunggu keputusan terakhir. Hasbi sebelumnya pernah meminta permohonan ampunan dari raja, namun hal itu tidak dikabulkan. Sampailah waktunya Hasbi menjalani hukuman gantung. Sepakan sebelum Hasbi menjalani hukuman gantung, Ia meminta pihak Mahkamah Malaysia untuk memepertemukan dirinya dengan seorang putrinya Ratna Juwita yang ada di Aceh, Indonesia.&nbsp;</p>
<p>Permintaan Hasbi dikabulkan oleh Mahkamah Malaysia. Keinginginan Hasbi untuk bertemu dengan anaknya juga disampaikan kepada Zahara.”Jika Zahara berkenan, kamu pergi kad Aceh, kamu jemput Ratna dan bawa kad sini,” kata Hasbi kepada Zahara. “Baik abang, jika abang nak melihat anak abang yang terakhir, saya akan pergi kad sana dan akan saya bawa anak abang kemari,” jawab Zahara.&nbsp;</p>
<p>Hari itu juga, Zahara ambil visa di KBRI Kuala Lumpur, selepas itu, dari Station MRT Putra, Zahara meneuju ke Sepang International Air Port. Dengan menunpangi Malaysia Air Line, Zahara terbang menuju Kuala Namu International Air Port Medan Sumatera Utara. Selanjutnya Zahara dengan menumpang taksi langsung kestadion bus antar provinsi menuju Aceh.&nbsp;</p>
<p>Tibalah Zahara ketempat yang dituju sesuai dengan alamat yang telah diberikan Hasbi kepadanya. Hari itu kondisi cuaca di kampung Halaman Hasbi sangat cerah. Zahara menumpangi RBT (ojek) melalui jalan becek diantara hamparan sawah menuju kerumah mamak mertua Hasbi. Sore itu Ratna Juwita yang sedang bermain petak umpet dengan kawan-kawannya di halaman rumah. Tiba-tiba saja disapa sang tamu yang mengenakan baju gamis melayu berjilbab ungu. Ratna kebingungan siapa gerangan tamu perempuan itu.&nbsp;</p>
<p>“Assalamualikum, “sapa Zahara. Dari dalam rumah seorang ibu tua Jamaliah menjawab, “Alaikumsalam, piyoh neuk(singgah Nak),”ucapnya dalam bahasa Aceh. Lalu tukang ojek yang mengantar Zahara mengatakan kepada ibu Jamaliah,”Mak, bek neupeugah bahasa Aceh, nyan jamee dari Malaysia,(Mak jangan bicara bahasa Aceh itu tamu dari Malaysia),” kata tukang RBT kepada ibu Jamaliah.&nbsp;</p>
<p>Lalu, Ibu Jamaliah meminta Zahara masuk kerumah, “Mak, yang mana Ratna Juwita anaknya Bang Hasbi?,”tanya Zahara kepada ibu Jamaliah. ”Anak ini siapa? dan ada perlu apa dengan cucu saya,” tanya Jamaliah. Zahara memperkenalkan dirinya kepada Jamaliah seraya mengatakan bahwa Ia datang dari Malaysia untuk menjemput Ratna Juwita sebagaimana peremintaan ayahnya Hasbi.&nbsp;</p>
<p>Hari mulai gelap, malam itu Zahara bermalam di rumah Jamaliah, sambil bercerita tentang hal ikhwal Hasbi di negeri jiran Malaysia. Ratna terlihat sangat akrab dengan Zahara meski hanya beberapa jam mereka berkenalan. Kedatangan Zahara dalam kehidupan gadis cantik nan ayu itu, terasa lepas kerinduan akan ibunya yeng telah pergi selamanya meninggalkannya.&nbsp;</p>
<p>Pagi yang dingin, angin sawah sepoi-sepoi bertiup tampa arah. Zahara dipagi itu rasanya sangat lega berada di perkampungan yang masih semulajadi. “Ratna ...sini sekejap, boleh bawa saya jalan-jalan kad sawah sana,” kata Zahara kepada Ratna. Kehidupan di kota besar memang terkadang rasa jenuh. Ketika tiba di daerah perdesaan diwarnai pandangan hijaunya tanaman dan hamparan sawah yang sedang menguning. Terasa semua beban yang dirasakan Zahara sirna seketika.</p>
<p>Matahari mulai meranjak, setelah mereka keliling disawa-sawah kampung halaman suaminya, Zahara selanjutnya pulang dan bergegas berangkat membuat paspor Ratna Juwita. Setelah dua hari Zahara di kampung halaman Hasbi, Ia pun pamit kepada ibu mertua Hasbi untuk kembali ke Malaysia bersama Ratna.</p>
<p>Wajah Jamaliah berubah buram ketika, air matanya bercucuran, melihat cucu kesayangannya hendak berangkat bersama Zahara.”Hati-hati nak ya, jangan lupa sama nenek ya!, nak,”ucap Jamaliah.”Iya, nek tak mungkin Ratna lupa, Cuma nenek satu-satunya harapan Ratna,” kata Ratna sambil berpelukan dengan neneknya.</p>
<p>Dengan menumpangi bus antar kota, Zahara dan Ratna meninggalkan Aceh menuju ke Medan Sumatera Utara, selajutnya melalui Kuala Namu International Air Port mereka bertolak ke Malaysia.</p>
<p>Menjelang magrib tepatnya pukul 18.00 Waktu Malaysia. Zahara dan Ratna tiba di Kuala Lumpur. Esok hari mereka berdua langsung menuju ke penjara menjumpai Hasbi. Tangisan yang bergema pun memcahkan suasana ketika Hasbi melihat anak simatawayangnya tiba dihadapanya. Ratna kebingungan ketika melihat laki-laki dengan pakaian kumuh menangis dihadapanya.”Ratna ini ayah mu,”kata Zahara.&nbsp;</p>
<p>Hasbi dengan spontan memeluk anaknya itu. Sementara Ratna yang ditinggalkan ayahnya sejak berumur 3 bulan, selama ini mengenal wajah ayahnya hanya di photo perkawinan yang terpajang di rumahnya. Pertemuan yang memilukan itu terjadi ketika ayahnya hendak mengikuti mamaknya yang telah lebih dulu meninggalkan mereka. Air mata Ratna pun jatuh berderai, Ia pun meratapi dipelukan ayahnya. “Ayah ibu Ratna tidak ada lagi, ayah!. Kenapa ayah tidak pulang-pulang menjenguk Ratna, ayah tidak sayang sama Ratna, ya?,” tanya Ratna.</p>
<p>Tak henti-henti Hasbi mencium anaknya, seraya membelai rambutnya yang panjang.”Maafkan ayah nak, maafkan ayah nak.. maafkan ayah nak,” kata-kata itu terus terucap dimulut Hasbi. Linangan air mata Hasbi membajiri wajah kusutnya. Zahara disana tak sangup melihat keharuan pertemuan terakhir itu.</p>
<p>Tidak ada kata yang terucap dari mulut Hasbi kala itu, hanya tangisan yang terdengar bergema. Setelah 30 menit mereka berpelukan, air mata mereka membasahi baju Ratna. Lalu Hasbi berujar kepada Zahara. “Aku titipkan bidadariku pada mu, Zahara. Tolong jaga dia baik-baik jadikanlah dia orang yang berguna bagi agamanya,”ucap Hasbi kepada Zahara. “Iya bang akan saya jaga Ratna hingga akhir hayatku,” jawab Zahara.</p>
<p>“Wahai anakku, jagalah nenekmu dan ini ibu mu. Titip salam ayah buat nenek, doain ayah semoga mendapat ampunan Allah atas dosa-dosa yang telah ayah lakukan selama ini. Mungkin ini balasan Allah kepadaku, wahai anakku,”ucap Hasbi dengan penuh penyesalan, kepada Ratna yang terdiam membisu, seakan Ratna faham benar akan dosa ayahnya yang selama ini telah lama meninggalkannya.&nbsp;</p>
<p>Inilah akibat akhir dari sebuah pekerjaanyang melanggarkan hukum, kehilangan semua harapan dalam merajut kehidupan di masa akan datang. Meski Hasbi pernah merasakan kenikmatan dunia. Namun hampa ketika air mata perpisahan datang menemuinya. &nbsp;Tidak ada artinya air mata mengalir membasahi bumi. Asa telah pergi hanya jejak kenangan duka yang membekas didalam hati Ratna Juwita.&nbsp;</p>
<p>Ratna Juwita yang belum paham akan pekerjaan dan lika-liku pekerjaannya ayah hingga membawa ketiang gantungan hanya mampu meratapi kehilangan kedua orang tuanya yang direngut oleh keganasan Narkotika. &nbsp;tak mengerti apa yang akan terjadi dan kemana arah kehidupanya setelah pertemuan pertama dan terakhir dengan ayah.&nbsp;</p>
<p>Selanjutnya Ratna dalam asuhan kasih sayang Zahara dan nenek Jamaliah, tumbuh besar di Aceh. Ia tertengun ketika mengingat semua kasih sayang hampa telah direngut oleh keganasan duniawi. Hanya nenek Jamliah dan ibunda Zahara yang selalu memberinya warna kasih sayang sepanjang masa. (The End).&nbsp;</p>
<p><em><strong>Cerita ini fiktif belaka, bila ada kesamaan nama, tempat dan ketokohan, bukan unsur kesengajaan.</strong></em></p>
<p><em><strong>SALAM KOMUNITAS STEEMIT INDONESIA (KSI)</strong></em></p>
<p><strong>By @ilyasismail &nbsp;From Aceh Timur, Aceh. Indonesia.</strong></p>
<p><strong>Salam kepada Seluruh Rekan Steemian seluruh Indonesia.</strong></p>
<p><br></p>
</html>
👍  , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,
properties (23)
post_id12,002,266
authorilyasismail
permlinkair-mata-ayah-ditiang-gantungan-part-6-tamat
categoryfiction
json_metadata"{"app": "steemit/0.1", "format": "html", "users": ["ilyasismail"], "image": ["https://steemitimages.com/DQmee82pABwFJBdUCv7rowm51stwQi3Gw7uJ9CYMZL6t8nE/Air%20Mata%20Ayah%20ditiang%20Gantungan%20Episode%206.jpg"], "tags": ["fiction", "strory", "indonesia", "ksi", "life"]}"
created2017-09-05 11:07:12
last_update2017-09-05 12:50:18
depth0
children1
net_rshares715,194,785,125
last_payout2017-09-12 11:07:12
cashout_time1969-12-31 23:59:59
total_payout_value1.886 SBD
curator_payout_value0.563 SBD
pending_payout_value0.000 SBD
promoted0.000 SBD
body_length8,762
author_reputation12,589,254,117,941
root_title"Air Mata Ayah Ditiang Gantungan (Part 6 Tamat)"
beneficiaries[]
max_accepted_payout1,000,000.000 SBD
percent_steem_dollars10,000
author_curate_reward""
vote details (24)
@riniagustina ·
Please follow back and upvote me
Thank you.
properties (22)
post_id12,690,778
authorriniagustina
permlinkre-ilyasismail-air-mata-ayah-ditiang-gantungan-part-6-tamat-20170913t025018439z
categoryfiction
json_metadata"{"app": "steemit/0.1", "tags": ["fiction"]}"
created2017-09-13 02:50:24
last_update2017-09-13 02:50:24
depth1
children0
net_rshares0
last_payout2017-09-20 02:50:24
cashout_time1969-12-31 23:59:59
total_payout_value0.000 SBD
curator_payout_value0.000 SBD
pending_payout_value0.000 SBD
promoted0.000 SBD
body_length43
author_reputation64,235,894,740
root_title"Air Mata Ayah Ditiang Gantungan (Part 6 Tamat)"
beneficiaries[]
max_accepted_payout1,000,000.000 SBD
percent_steem_dollars10,000