<div class="text-justify">
<div class="pull-left"></div>
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh!
Saya @teukuipul87 kembali hadir menyapa teman-teman steemean pada kesempatan ini. Semoga saja setiap langkah yang kita ayunkan dan setiap nafas yang kita hembuskan tak lepas dari doa orang tua kita, walaupun sebagian dari kita sudah menjadi istri atau suami orang lain.
Sahabat steemit dimanapun kita berada. Pengorbanan orang tua untuk anaknya tidaklah berbatas dengan apapun. Walaupun kita sudah menikah dan mempunyai buah hati sendiri. Namun doa orang tua kita selalu menyertai kesuksesan dan kebahagian untuk setiap anaknya. Walaupun kadang-kadang kita lupa akan betapa kasih sayang yang telah di berikan oleh orang tua kita, demi menjadikan kita hingga seperti sekarang ini.
Terlebih lebih seorang ayah, yang tak mengenal lelah dan letih bekerja keras, demi membahagiakan kita. Ayah yang tak mengenal teriknya mentari, dinginnya hujan bahkan dalam keadaan sakitpun ia tetap rela bekerja, apapun yang ia kerjakan atas nama halal untuk memberi nafkah kepada anak-anaknya.
Pada kesempatan ini Sabtu, 12 Juni 2021 saya @teukuipul87 ingin menceritakan sedikit mengenai pengorbanan seorang ayah saya guna mencari nafkah sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan kehidupan ibu dan adik-adik saya di rumah.
![1.JPG](https://cdn.steemitimages.com/DQmNT32C1M5NRsAVFkyeddP6GaeP6udsCw1zXXnji4VTJQz/1.JPG)
Pagi ini Sabtu saya berangkat ke sekolah dari Nisam Antara yang mana rumah mertua dan istri saya disana. Saya berangkat ke sekolah di kecamatan Nisam hanya membutuhkan waktu 20 menit perjalanan menggunakan motorku.
Namun beberapa jam saya berada disekolah. Saya melihat di jalan depan sekolah seorang pedagang ikan keliling sedang berjualan disana. Langkah saya segera tertuju kesana dengan tujuan membeli seala kadar udang yang agak sedikit besar guna membawa pulang ke rumah orang tua saya. Maksud dan tujuan saya untuk makan siang di rumah orang tua pada siang ini.
Segera saya mengenderai motor untuk membawanya pulang ke rumah, melewati jalan desaku yang sudah agak sedikit bagus tanpa ada lagi becek dan bebatuan kecil yang berhamburan di jalan.
![3.jpeg](https://cdn.steemitimages.com/DQmPgMsnC3BYTeL6Da2mpjxQARAZDSQxNK4x43H9m6FXxwP/3.jpeg)
Namun laju motor saya segera terhenti. Ketika saya melihat ayah saya dan beberapa orang lainnya yang jauh lebih muda darinya sedang memanjat pohon kelapa di kebun salah seorang di desa saya. Saya melihat yang bahwa itu adalah ayah saya, beliau rela mencari nafkah dengan memanjat kelapa orang, walau sebenarnya usia dan tenaganya tak lagi pantas untuk melakukan hal tersebut.
Hati saya sangat bersedih menyaksikan semua itu, namun apa yang bisa saya lakukan, saya pun tak bisa mencegahnya untuk melakukan pekerjaan ini di hari selanjutnya. Dalam hatiku berkata “ Ayah…! Sejak saya duduk di bangku SD ayah sudah melakukan pekerjaan ini, bahkan sekarang saya sudah berkeluarga, namun ayah masih tetap mencari nafkah dengan cara memanjat kelapa orang “ Air mata ku tak sengaja mengalir di pipi yang membuat mata saya seakan berkaca-kaca menyaksikannya.
![4.jpeg](https://cdn.steemitimages.com/DQmZn5MvBvc6yEUTEexUdamM7GnUbEZuQpFR8jbgcA4wzzw/4.jpeg)
Namun apa boleh dikata, mencegatnya untuk tidak melakukannya hal itu lagi juga tidak mungkin saya lakukan, dikarenakan untuk saat ini kondisi saya cuma pas-pasan. Walaupun sesekali yang saya berikan sangat jauh dari yang diharapkan.
saya kembali melanjutkan perjalanan menuju ke rumah. Disana saya melihat ibu saya sedang menyapu halaman rumah seorang diri. Langsung saja saya turun dan menyalaminya sambil menyerahkan udang tadi untuk di masak ibu di siang nanti “ Mak…Neu Pupliek beh !“.Kalau bahasa Indonesia lebih kurang “ Mak…dimasak dengan fatarana ya !” Ibu saya menjawab “ Nak…Fatarana dan cabe hijau sudah habis, kalau ada uang kamu beli, tapi jika tidak, nunggu ayah pulang nanti “. Adak kok Mak…Saya beli sekarang ya “ jawab saya seraya memikirkan ayah.
Saya bergegas balik ke warung guna membeli barang yang disuruh ibu. Selanjutnya segera kembali menjumpai ibu menyerahkannya seraya saya bertanya “ Mak…! Kenapa Ayah tidak berhenti saja bekerja panjat kelapa. Ayah kan sudah tidak pantas lagi melakukan pekerjaan itu, terlebih-lebih usianya sudah uzur “. Namun ibu saya menjawab dengan gundahnya “ Mau gimana lagi. Ayahmu tidak ada pekerjaan tetap, sekarang yang bisa ia lakukan hanyalah itu, tetapi tidak setiap hari melakukannya kok “
Saya kembali menyampaikan kepada ibu saya “ Mak…! Kalau bisa ayah jangan lagi bekerja seperti itu, kerja yang lain saja apapun yang ada asalkan halal, kan kebutuhan dirumah sudah tidak seberat dulu lagi “. Namun ibu saya menjawabnya “ Kalau nanti sudah turun sawah, ayahmu tidak lagi manjat kok “ Dengan senang hati saya mendengar jawaban ibuku.
![2.JPG](https://cdn.steemitimages.com/DQmSSDLF9JRLyyG1Xg7XFcSutFKq8MyxD5nqxBNww7TNddp/2.JPG)
Setelahnya saya kembali ke sekolah karena beberapa menit lagi waktu pulang sudah saatnya. Ibu-ibu guru hanya disibukkan dengan mengisi raport siswa, sementara siswa Cuma sebagian kecil saja yang datang.
![5.jpg](https://cdn.steemitimages.com/DQmRr2yg9Hh5G2xCe5qyDi7yHuBRCyjph6iqnuUHD7Wjbza/5.jpg)
Jam pulang pun datang, saya pun segera pulan kerumah, beberapa saat istirahat di rumah, ibu pun memanggil saya untuk menyuruh makan dulu berhubung menunya udah matang dan masih panas. Saya segera menuju dapur dan mengajak ibu untuk makan bersama. Namun ibu menolaknya dengan alasan menunggu ayah dulu dan makan bersama dengannya nanti.
Teman-teman steemit dimanapun kita berada. Berat sangat pengorbanan orang tua kita, terlebih-lebih seorang ayah, demi mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan keluarga, ia rela melakukan apapun tanpa rasa malu. Oleh karenanya kita sebagai seorang anak, bantulah mereka dalam mengurangi bebannya. Dan jika orang tua kita telah tiada maka janganlah berhenti mendoakannya, agar kita semua menjadi anak yang shaleh shaleha dan berbakti kepada keduanya.
Terima kasih saya kepada :
@radjasalman
@anroja
@cicisaja
@nazarul
@ernaerningsih
Dan kepada seluruh admin serta semua teman-teman yang tergabung dalam komunitas steemit ini.