Turn On Turn Off | Kehidupan Baru di Jakarta yang Ramai by viviehardika

View this thread on steempeak.com
· @viviehardika · (edited)
$0.07
Turn On Turn Off | Kehidupan Baru di Jakarta yang Ramai
“Karyawan Om, ada yang akan resign. Awalnya Om bingung banget, cari orang yang bisa gantiin. Kebetulan kamu ada di sini, jadi Om mau minta tolong sama kamu buat gantiin posisi dia,”

![22308901_1669009026466670_8807968432732424102_n-1.jpg](https://steemitimages.com/DQmXCZwAEWa7eCVTkgLK9KQZoVoFV8TGV1TFM9o5u3biYCn/22308901_1669009026466670_8807968432732424102_n-1.jpg)

Di tengah kemacetan Jakarta, permintaan Rashid masih saja terngiang di kepala Rakha. Rashid menawarkan pekerjaan di kantor yang sudah ia bangun lima tahun lalu. Bukan perkara sulit, hanya saja, Rakha tidak pernah berpikiran akan memulai hidupnya di Jakarta.

Semula, ia hanya ingin menitipkan Anna. Membiarkan gadis kecil itu terbiasa di rumah Omnya lantas ia akan kembali ke Bali, berjuang sekeras mungkin untuk menaikkan omset bisnis kuliner yang sedang berada di ujung tanduk.

Rakha sempat menolak, namun akhirnya ia terima karena rasa tidak enaknya yang teramat besar terhadap Rashid.

“Kamu bisa belajar dulu dari Om Luthfi, apa saja yang akan menjadi job desk kamu kemudian.” Tutur Rashid mengusap bahu Rakha pelan.

Ketika ia menyanggupi permintaan Rashid, Rakha akan mulai bekerja seminggu kemudian. Masuk kantor seminggu lebih cepat di luar dugaannya.

Pria yang hampir memasuki kepala lima itu agak tidak enak melihat kebisuan Rakha sepanjang perjalanan. Rashid hanya tidak punya pilihan.

“Harusnya kamu nggak perlu menyewa jasa pengasuh. Tantemu juga bisa kok ngurus Anna,”

Rakha menggeleng cepat, “jangan Om. Nanti Tante Putri jadi kerepotan. Biarin aja Anna diurus sama pengasuh, jadi Tante bisa fokus bimbing Sultan belajar buat persiapan UN,”

“Masih bisa sembari ngurus Anna. Dulu Tantemu itu bisa kok ngurus dua anak sekaligus,”

Rakha tetap memberi argumen yang akhirnya disetujui oleh Rashid. Baginya, Rakha bisa bergabung di perusahaan yang ia bangun dari nol saja sudah cukup baginya. sejujurnya, Rashid merasa tidak enak membawa seseorang yang masih ada hubungan kekeluargaan dengannya untuk bekerja di kantornya. Tetapi Rakha satu-satunya keponakan yang bisa ia andalkan untuk menjadi penerus sebelum Sultan. Ia tidak mungkin menyerahkan newsline.com begitu saja ke Sultan tanpa bimbingan seseorang.

Putra semata wayangnya itu masih duduk di bangku akhir Sekolah Menengah Pertama, dan Rashid sedikit tidak yakin ia bisa membimbing Sultan secara langsung seusai masa pendidikan formal. Maka Rashid mengubah jalan pikirannya.

“Om, meski Rakha keponakan Om, tetapi di kantor saya tetap karyawan Om. Tolong jangan kelihatan mengistimewakan Rakha ya,”

“Kenapa? Memangnya saya nggak boleh mengistimewakan kamu? Yang lain pasti maklum kok,”

“Tetap saja Om. Rakha nggak enak aja,”

Rashid mengangguk-angguk dengan senyum bangga. “Kalau begitu, ketika kita sampai di kantor kamu harus panggil saya Pak seperti yang lain, ya.”

Rakha mengangguk setuju.

**

Belum ada kiriman berita dari reporter Samara sehingga gadis itu merasa bosan berdiam diri di kubikelnya. Ia melirik Adit, kelihatannya sangat serius dan tidak bisa diganggu. Terbukti dengan panggilan Samara yang hanya direspon dengan ‘hhmm?’ saja. Bahkan mengerling pun tidak. Samara berpaling ke kubikel Yasmin yang terlihat sibuk mengecek harga tiket pesawat sesuai perintah Pak Rashid. Yang lain sibuk dengan ponsel masing-masing, ada yang sedang menelepon ada pula yang sedang bermain game. Hanya Ryan dan Samuel pun yang tidak terlihat. Samara tidak punya pilihan selain memilih untuk keluar ruangan sebentar. Barangkali barusan mobil yang terlihat dari exit dekat musala dapat me-refresh kembali pikirannya yang sempat suntuk.



Sepuluh menit sudah Samara berdiri mematung di depan kaca yang menampilkan aktivitas jalan Sudirman pagi itu. Begitu sampai di ruangan, orang-orang yang tadinya tampak sangat sibuk sehingga tidak bisa diganggu malah berkumpul seperti baru saja mengadakan pertemuan. Bahkan Ryan dan Samuel sudah kembali ke kubikelnya. Hanya Samara yang menatap kehebohan yang tidak diketahuinya itu dengan kening berkerut.

“Dari mana aja lo?” tanya Aliyah membuat kedua alis Samara refleks saling bertaut.

“Keluar bentar. Ada apa? Kok rame bener?”

“Wah lo ketinggalan berita. Tadi perkenalan Pak Rakha. Finance yang bakal gantiin Pak Luthfi!” timpal Samuel

“Oh ya? Eh, Pak Luthfi mau resign? Kok?”

“Emang lo nggak tahu?”

Samara menggeleng, dan sorakan kompak yang lain membuat telinganya berdengung. Alih-alih mempertanyakan siapa yang akan menggantikan Pak Luthfi, Samara malah lebih tertarik dengan bingkai foto yang memamerkan seorang gadis chinesse di meja Samuel.

“Mul, itu pacar lo? Kok gue baru liat? Cantik ya, kayak ada korea-koreanya…”
Samuel tersenyum bangga. “Namanya Selly,”

“Hati-hati, Sam. Pacarnya Muwel gigit, lho!”

Samara terperanjat, “gigit?” tak mengerti dengan makna ‘gigit’ yang disinggung Ryan barusan.

“Pacarnya Samuel itu galak kayak Singa betina. Aauuummm!” Ochi menambahkan.

“Ehh! Nggak usah ngejelek-jelekin pacar gue dong lo!”

“Cieee… pacarnya ngebela!”

“Iyalah!”

“Itu fakta kali, Wel!” sela Yasmin. “Lo nggak ingat waktu gue bikin snapgram muka lo pas molor di pantry? Kan lo yang bilang kalo pacar lo ngamuk-ngamuk sama lo dan nyuruh gue ngapus itu snapgram!”

Samuel terkunci sementara yang lain tertawa terbahak-bahak.

“Ya, ya, ya itu memang bener sih… tapi kan…” Samuel terbata-bata.

“Udah nggak usah ngeles!”

“Dia itu cemburuan orangnya, tapi jangan disamain sama Singa betina juga kaleee…!”

“Terus, Singa jantan? Hombreng dong lo!” celetuk Adit yang langsung membuat yang lain tertawa.

“Samuel Singa betinanya kaliii…!”

Samara menahan tawa di balik telapak tangannya.

“Aarrgghhh!” Samuel mengerang kesal dan itu membuat rekan-rekannya semakin keras tertawa.

“Udah eh! Mul, nggak ada yang salah kok punya pacar cemburuan. Cemburu itu wajar, manusiawi. Yang penting action-nya jangan sampe nggak manusiawi, ya!”

“Tuh denger tuh!” Samuel menegakkan kepalanya karena mendapat dukungan. “Udah sana kerja! Jangan magabut kalian!”

**

Sepanjang mengurus restorannya di Bali, Rakha adalah salah satu pemilik yang tidak pernah bisa duduk diam. Kepuasan pelanggan adalah yang nomor satu baginya, sehingga tak jarang Rakha melayaninya pelanggannya secara langsung.

Tetapi hari ini, besok, dan seterusnya ia akan duduk di satu ruangan dan menghitung angka-angka yang menyebalkan.

“seminggu ini kamu duduk bareng sama Pak Luthfi dulu ya, Kha.” Kata Rashid memperlihatkan di mana kubikel Rakha.
Sebuah kubikel yang berada di sudut ruangan kantor. Sama seperti jajaran Dreksi di kantor lain, di Newsline jajaran serupa memang memiliki ruang tersendiri. Selain harus berbagi ruang dengan Luthfi untuk sementara waktu, di ruangan yang sama Rakha dikenalkan pada Satria, Direktur Operasional Newsline.

“Kayak di sekolah aja, duduk sebangku, Pak.” Celetuk Satria demi mencairkan suasana ruangan.
Rashid dan Luthfi spontan tertawa riuh, sementara Rakha hanya mesem. Kesan pertamanya terhadap Satria, leluconnya garing.

“Yah, anggap saja ini sekolahan yang membuat kita tidak berhenti untuk belajar,”

“Setuju!” kata Satria cepat. “Selamat datang di Newsline, ya, Rakha. Jadi kamu beneran keponakan Pak Rashid?”
Rakha mengangguk dengan senyum tipis.

“Jangan kamu ajarin macam-macam keponakan saya ini, ya, Sat. Cukup kamu saja yang bejat di kantor ini.”

“Waduh!”

“Sepertinya Bapak harus bikin ruang baru untuk Rakha deh, saya khawatir kalau Rakha bakal dicuci otaknya sama si tua-tua keladi ini,” Luthfi langsung menghujat Satria seolah-olah mereka sedang berada di warung kopi.

“Hahaha…” Rashid tertawa lebar.

Satria tampak tersinggung, “wah, sampeyan iki ngomong opo sih?”

“Ide bagus itu, Luth. Tapi ya untuk sementara waktu, biar dia di sini dulu saja lah. Belajar jadi orang baik kan nggak harus selalu dari orang-orang yang alim, sesekali boleh lah belajar dari yang bejat,” Rashid menskakmat Satria habis-habisan.

“Aduh, kayaknya imej saya bener-bener jelek nih di mata Bapak.” Satria menggaruk-garuk kepala, salah tingkah.

“Modar kuwe, Le!” Luthfi tertawa puas. 

Suasana ruangan yang semakin riuh dengan tawa Rashid dan Luthfi membuat Rakha merasa sangat tidak nyaman.

“Pak, meski saya keponakan Pak Rashid, tapi di kantor saya tetap karyawan Pak Rashid kok. Posisi saya sama seperti kalian di kantor ini, jadi jangan terlalu sungkan ya,” katanya seraya memberi anggukan penghormatan.

“Wah! Ini baru anak muda keren!” tutur Satria bersemangat. “Saya juga mau bilang yang kurang lebih sama lah seperti itu, tadi. Walaupun kamu keponakan Big Boss di Newsline, posisi saya tetap lebih tinggi dari kamu jadi kamu harus hormat sama saya!”

Alih-alih mendapat dukungan, Satria malah mendapat toyoran dari Rashid, yang membuat ruangan semakin pecah oleh tawa.
**

Pandangan Samara terus mengarah ke arah pintu masuk sebuah restauran cepat saji di areal Stasiun Bogor. Suasana hatinya sedang gelisah. Sejak Ritz mengirimkan pesan berisi keinginannya untuk bertemu, Samara menjadi sangat, sangat, sangat gelisah. Pasalnya Ritz sedikit memaksa Samara untuk bertemu hari ini juga, sebab ada hal yang sangat penting yang ingin disampaikan Ritz pada Samara.

12 tahun mengenal pria itu, Ritz tidak pernah semisterius ini sebelumnya. Itulah sebabnya sepulang kerja, Samara langsung ke Bogor dengan kegelisahan yang belum juga usai meski ia sudah melihat Ritz melambaikan tangan dan berjalan ke arahnya.

“Lima menit lagi kamu nggak nongol, aku langsung naik kereta jurusan Jakarta.” Samara menunjukkan wajah manyunnya.

Pria berambut ikal itu tertawa lebar, sulit mengingkari bahwa wajah Samara ketika ngambek sangat, sangat, sangat menggemaskan. Sehingga pria bernama lengkap Rizky Septian itu refleks mencubit pipi tembam Samara, lantas mengambil duduk di hadapannya.

Kedua pipi Samara menghangat meski bukan untuk pertama kalinya Ritz memperlakukannya seperti tadi. Belasan tahun menjadi sahabat Ritz, Samara tetap tidak bisa mengontrol detak jantungnya ketika Ritz melakukan hal-hal kecil seperti tadi.

“Apa yang penting?” Samara langsung menagih.

“Pesan makan dulu! Aku traktir kamu!” wajah Ritz sekarang tidak seperti sedang terjadi sesuatu yang penting.
Oleh karenanya Samara merasa sedikit tertipu. Jangan-jangan Ritz berbohong demi bertemu dengannya. Harus diakui, 
Samara memang selalu menghindari pertemuan seperti ini. Selain karena kesibukan barunya, ia merasa malas naik kereta menuju Bogor yang setiap gerbongnya jauh dari kata lengang. Belum lagi kemungkinan menjadi korban pencopetan.

“Kalau nggak gini kan kita sulit ketemu.” Ungkit Ritz seraya memilih makanan di buku menu.
Samara tersentil. “Ish! So, hal penting nan genting yang kamu bilang tadi siang itu cuma boongan? Supaya aku bisa kamu ajak meet up? How cute!”

“Ya, nggak bohong juga sih. Emang ada yang penting. Tapi nanti dulu lah. Aku laper banget nih!”

Samara menurut, keduanya kini sibuk memilih menu lantas mengobrolkan hal-hal absurd nan garing. Ampai akhirnya tanpa disangka-sangka, Ritz menceritakan hal yang penting itu kepada Samara.

“Ra, gimana kalau aku lamar Yossi? Kamu setuju nggak?”

Airmuka Samara tiba-tiba menegang. Waktu seakan berhenti.

“Lamar?” Samara menelan ludah, getir sekali rasanya.

“Mom suruh aku buru-buru lamar Yossi. Katanya nggak enak diomongin tetangga kalau aku nggak buru-buru lamar.”
Samara bisa merasakan debar jantungnya meningkat. Saat ini hatinya menjadi sangat, sangat, sangat patah. Rasanya sulit sekali duduk tegak di hadapan Ritz, namun hal itu harus Samara usahakan.

“Ritz,” Samara mengambil kedua tangan Ritz, membuat pria bermata bulat itu menatap sahabatnya lekat. “Kalau kamu memang udah yakin sama Yossi, lakuin apa yang harusnya pantas untuk dia. Nikahi dia karena kamu yakin nggak ada wanita lain yang lebih baik darinya untuk jadi teman di hidup kamu. Bukan karena tuntutan siapapun, sekalipun itu Mom-nya kamu.”

Ritz mendengarkan dengan saksama, menerima energi positif tersebut dengan senang hati. Hati Ritz saat ini berkata, ia tidak pernah merasa lebih baik dari ini.

“Jangan pilih dia karena dia yang sedang bersamamu saat ini. Pilih dia karena hati kamu yakin.” Samara tidak tahu mengapa ia bisa sangat lancar memberikan kalimat-kalimat tadi sementara hatinya sedang patah saat ini.
Membiarkan Ritz memilih gadis pilihannya, secara tidak langsung mematikan harapan dirinya untuk bisa bersama Ritz selamanya. Pedih, memang. Tetapi Samara sedari awal sadar, cintanya yang begitu besar kepada Ritz tidak akan menjadikan dirinya banyak menuntut.

“Rara… Aku selalu bertanya, kenapa kamu selalu punya kalimat yang bikin aku kayak sapi yang dicocol hidungnya.”

“Maksudnya?” Samara marah. Dihempaskannya tangan Ritz begitu saja.

“Ya kalimat kamu itu magis banget. Aku memang nggak pernah salah pilih kamu untuk jadi teman bertukar pikiran.”

Jleb!

Hanya teman bertukar pikiran!

“Thanks ya…” ujar Ritz seraya mengacak-acak rambut Samara dan membuat sahabatnya itu manyun.
Pertemuan Samara dan Ritz berakhir dua jam kemudian, ketika keduanya dihantui malam yang semakin larut dan memaksa Samara pulang dengan kereta terakhir. Ritz mengantarkan Samara hingga di pintu gerbong.

“Ritz, satu lagi. Aku tahu kalau sudah jadi tabiatnya laki-laki itu untuk tidak bisa setia. Tetapi aku minta, setialah sama Yossi bukan karena kasihan, tetapi karena dia memang pantas mendapatkannya sementara kamu nggak bisa melihat wanita lain selain dirinya.”

Ritz tertawa kecil sebab agak merasa tersinggung karena dicap sebagai makhluk yang tak bisa setia.

“Iya bawel!” Ritz menepuk-nepuk pipi Samara pelan.

Lalu pintu gerbong yang tertutup benar-benar memisahkan dua insan tersebut dan  ketika kereta mulai berjalan, di sana airmata di pelopak matanya tak terbendung lagi. Di dalam gerbong yang sepi itu, Samara duduk dengan isak tangis yang tertahan.

**

bersambung...
👍  , , , , , , , , , ,
properties (23)
post_id35,912,716
authorviviehardika
permlinkturn-on-turn-off-or-kehidupan-baru-di-jakarta-yang-ramai
categorystory
json_metadata"{"app": "steemit/0.1", "format": "markdown", "image": ["https://steemitimages.com/DQmXCZwAEWa7eCVTkgLK9KQZoVoFV8TGV1TFM9o5u3biYCn/22308901_1669009026466670_8807968432732424102_n-1.jpg"], "tags": ["story", "love", "indonesia", "steemit", "life"]}"
created2018-03-01 03:31:12
last_update2018-03-03 01:40:03
depth0
children7
net_rshares13,198,437,459
last_payout2018-03-08 03:31:12
cashout_time1969-12-31 23:59:59
total_payout_value0.063 SBD
curator_payout_value0.006 SBD
pending_payout_value0.000 SBD
promoted0.000 SBD
body_length13,714
author_reputation473,756,907,942
root_title"Turn On Turn Off | Kehidupan Baru di Jakarta yang Ramai"
beneficiaries[]
max_accepted_payout1,000,000.000 SBD
percent_steem_dollars10,000
author_curate_reward""
vote details (11)
@bagindooo ·
**The best training for writing is writing!** just said to my self. thanks for remain me of this, while reading your post!
properties (22)
post_id35,939,422
authorbagindooo
permlinkre-viviehardika-turn-on-turn-off-or-kehidupan-baru-di-jakarta-yang-ramai-20180301t064029721z
categorystory
json_metadata"{"app": "steemit/0.1", "tags": ["story"]}"
created2018-03-01 06:40:24
last_update2018-03-01 06:40:24
depth1
children0
net_rshares0
last_payout2018-03-08 06:40:24
cashout_time1969-12-31 23:59:59
total_payout_value0.000 SBD
curator_payout_value0.000 SBD
pending_payout_value0.000 SBD
promoted0.000 SBD
body_length122
author_reputation97,224,961,037
root_title"Turn On Turn Off | Kehidupan Baru di Jakarta yang Ramai"
beneficiaries[]
max_accepted_payout1,000,000.000 SBD
percent_steem_dollars10,000
@andrianhabibi ·
Ondeh mandeh

Kisahnya menarik dan bisa menjadi contoh bagi steemian lain.
properties (22)
post_id35,956,372
authorandrianhabibi
permlinkre-viviehardika-turn-on-turn-off-or-kehidupan-baru-di-jakarta-yang-ramai-20180301t083541175z
categorystory
json_metadata"{"app": "steemit/0.1", "tags": ["story"]}"
created2018-03-01 08:37:09
last_update2018-03-01 08:37:09
depth1
children0
net_rshares0
last_payout2018-03-08 08:37:09
cashout_time1969-12-31 23:59:59
total_payout_value0.000 SBD
curator_payout_value0.000 SBD
pending_payout_value0.000 SBD
promoted0.000 SBD
body_length74
author_reputation3,106,148,552,980
root_title"Turn On Turn Off | Kehidupan Baru di Jakarta yang Ramai"
beneficiaries[]
max_accepted_payout1,000,000.000 SBD
percent_steem_dollars10,000
@blogiwank ·
Aduh sedihnya
properties (22)
post_id35,975,417
authorblogiwank
permlinkre-viviehardika-turn-on-turn-off-or-kehidupan-baru-di-jakarta-yang-ramai-20180301t104613688z
categorystory
json_metadata"{"app": "steemit/0.1", "tags": ["story"]}"
created2018-03-01 10:46:18
last_update2018-03-01 10:46:18
depth1
children1
net_rshares0
last_payout2018-03-08 10:46:18
cashout_time1969-12-31 23:59:59
total_payout_value0.000 SBD
curator_payout_value0.000 SBD
pending_payout_value0.000 SBD
promoted0.000 SBD
body_length13
author_reputation3,458,508,830,520
root_title"Turn On Turn Off | Kehidupan Baru di Jakarta yang Ramai"
beneficiaries[]
max_accepted_payout1,000,000.000 SBD
percent_steem_dollars10,000
@viviehardika ·
Bagian mana yg sedih menurut kakak? Hehehe
properties (22)
post_id36,396,452
authorviviehardika
permlinkre-blogiwank-re-viviehardika-turn-on-turn-off-or-kehidupan-baru-di-jakarta-yang-ramai-20180303t105231813z
categorystory
json_metadata"{"app": "steemit/0.1", "tags": ["story"]}"
created2018-03-03 10:52:36
last_update2018-03-03 10:52:36
depth2
children0
net_rshares0
last_payout2018-03-10 10:52:36
cashout_time1969-12-31 23:59:59
total_payout_value0.000 SBD
curator_payout_value0.000 SBD
pending_payout_value0.000 SBD
promoted0.000 SBD
body_length42
author_reputation473,756,907,942
root_title"Turn On Turn Off | Kehidupan Baru di Jakarta yang Ramai"
beneficiaries[]
max_accepted_payout1,000,000.000 SBD
percent_steem_dollars10,000
@jaryat ·
mantap teruslah menuliss
properties (22)
post_id35,989,353
authorjaryat
permlinkre-viviehardika-turn-on-turn-off-or-kehidupan-baru-di-jakarta-yang-ramai-20180301t121527041z
categorystory
json_metadata"{"app": "steemit/0.1", "tags": ["story"]}"
created2018-03-01 12:15:27
last_update2018-03-01 12:15:27
depth1
children0
net_rshares0
last_payout2018-03-08 12:15:27
cashout_time1969-12-31 23:59:59
total_payout_value0.000 SBD
curator_payout_value0.000 SBD
pending_payout_value0.000 SBD
promoted0.000 SBD
body_length24
author_reputation116,591,440,117
root_title"Turn On Turn Off | Kehidupan Baru di Jakarta yang Ramai"
beneficiaries[]
max_accepted_payout1,000,000.000 SBD
percent_steem_dollars10,000
@anggreklestari ·
Lalu pertanyaannya, kapan kamu resign?
properties (22)
post_id36,965,699
authoranggreklestari
permlinkre-viviehardika-turn-on-turn-off-or-kehidupan-baru-di-jakarta-yang-ramai-20180306t044951817z
categorystory
json_metadata"{"app": "steemit/0.1", "tags": ["story"]}"
created2018-03-06 04:49:51
last_update2018-03-06 04:49:51
depth1
children1
net_rshares0
last_payout2018-03-13 04:49:51
cashout_time1969-12-31 23:59:59
total_payout_value0.000 SBD
curator_payout_value0.000 SBD
pending_payout_value0.000 SBD
promoted0.000 SBD
body_length38
author_reputation317,850,004,724,810
root_title"Turn On Turn Off | Kehidupan Baru di Jakarta yang Ramai"
beneficiaries[]
max_accepted_payout1,000,000.000 SBD
percent_steem_dollars10,000
@viviehardika ·
Nanti,kalo udah bisa beli kebon kopi.
properties (22)
post_id37,058,646
authorviviehardika
permlinkre-anggreklestari-re-viviehardika-turn-on-turn-off-or-kehidupan-baru-di-jakarta-yang-ramai-20180306t150001139z
categorystory
json_metadata"{"app": "steemit/0.1", "tags": ["story"]}"
created2018-03-06 15:00:09
last_update2018-03-06 15:00:09
depth2
children0
net_rshares0
last_payout2018-03-13 15:00:09
cashout_time1969-12-31 23:59:59
total_payout_value0.000 SBD
curator_payout_value0.000 SBD
pending_payout_value0.000 SBD
promoted0.000 SBD
body_length37
author_reputation473,756,907,942
root_title"Turn On Turn Off | Kehidupan Baru di Jakarta yang Ramai"
beneficiaries[]
max_accepted_payout1,000,000.000 SBD
percent_steem_dollars10,000