17 Agustus kali ini menurut saya seru, salah satunya karena banyak yang mengatakan "Kita belum merdeka".
Seperti pada status atau meme teman-teman di facebook dan sosmed lainya. Ini seolah-olah masuk akal juga, bahwa kita belum merdeka;
"Kita belum merdeka dari kemiskinan".
"Kita belum merdeka dari listrik, yang setiap tahun naik".
Atau "Bagaimana kita mau katakan sudah merdeka, jika banyak anak-anak negeri yang pergi sekolah dengan rakit atau jembatan tali".
Kesannya ini benar bahwa kita belum merdeka, karena "merdeka" itu kan bisa juga diartikan: bebas, terlepas atau mandiri.
Tapi tunggu dulu, kira-kira bagaimana perasaan Bung Tomo, Bung Hatta, Tan Malaka, Agus Salim atau juga Cut Nyak Dhien dan juga Imam Bonjol, kalau mereka punya facebook dan baca status teman-teman tsb.
Memangnya dulu sebelum proklamasi di kampung-kampung kita tidak banyak orang miskin? Tidak banyak rumah-rumah reot, tidak naik rakit, dan malah dulu listrik pun tak ada.
Jadi begini saudara, kalau Kolonial Belanda tetap berada di Negeri kita, namun memberikan kemakmuran, rakyat dikasih listrik gratis tiap rumah, dibuat jembatan untuk anak-anak agar bisa pergi sekolah, dan sembako selalu tersedia dan murah. Apa kita sudah merdeka namanya?. :)
Terus, Cut Nyak Dhien ga perlu repot-repot berperang ngusir Belanda, cukup di rumah saja atau pergi selfie-selfie dengan istri para pejabat Belanda di depan Masjid Raya? Atau Karena Belanda menjanjikan akan membuat rumah-rumah layak huni bagi orang miskin, terus Jendral Sudirman bisa santai-santai sambil main facebook, kemudian up date status; "Lagi mancing ikan lele di kolam belakang rumah". :)
Ga suadara,.. bukan begitu!. Ini bukan hanya masalah listrik, rumah reot, jalan rusak, atau masalah rakit saja. Tapi ini masalah Negari kita dikuasai orang Belanda.
Udah lah saudara, Indonesia ini sudah merdeka sekarang. Belanda udah pulang kampung, dan Jepang pun sudah pulang ke negerinya, sebagai kenang-kenangan bagi kita, Jepang meninggalkan Gua Jepang dan Sandal Jepang, itu udah cukup.
Ooo ya, buah labu satu lagi,.. :)
Jadi bagaimana? Yaaa,... kita ini sudah merdeka 72 tahun yang lalu, masak lupa pelajaran Sejarah SD atau PSPB dulu :), tepat pada hari Jum'at tanggal 17 Agustus 1945, di jalan Pengangsaan Timur, Soekarno dan Hatta membacakan Proklamasi kemerdekaan Indonesia. Masak lupa? Atau pura-pura lupa :)
Memang kita akui bahwa walaupun sudah merdeka, kemiskinan masih banyak, rumah-rumah orang miskin tak terurus, sembako mahal atau listrik tiap tahun naik. Itu bukan salah Belanda atau Jepang lagi sekarang, tapi Negeri kita salah urus, karena pemimpin kita yang rakus.
Lagian kita ga maju-maju, sembako mahal, BBM dan Listrik tiap tahun naik, itu juga bukan salah dari pemimpin kita saja. Tapi juga salah kita yang memilih mereka. Makanya pemilu nanti pilih lagi, terus ngeluh lagi :)
Ini sudah tahun 2017, udah 72 tahun Indonesia merdeka, jadi kita bukan belum merdeka tapi belum sejahtera.
Jangan sampai arti kata "merdeka" kita artikan terjun bebas dan bias kemana-mana. Misalnya para sarjana yang belum dapat kerja dibilang belum merdeka, jalan yang rusak dibilang belum merdeka, sampai suami lagi ngopi ditelpon sama istri pun dibilang belum merdeka :)
Udah lah saudara, jangan lebay,.. Kita ini udah merdeka tapi belum sejahtera, karena ulah pemimpin kita, itu intiya. Jangan sampai kita juga setuju mengatakan bahwa LGBT juga belum merdeka, karena mereka belum diijinkan nikah sesama jenis.
Jadi, kita sepakati saja bahwa kita sudah merdeka 72 tahun yang lalu, sesuai fakta sejarah.
Kalau arti merdeka kita maknai terjun bebas seperti tulisan di atas, maka sebenarnya suami-suami lah yang paling belum merdeka, karena untuk nonton bola atau lihat berita saja tidak bisa, sebab remote Tv dipegang istri yang lagi nonton drama Korea.
Jadi gitu saudara,...